Dari ufuk timur sang mentari mengintip terbit. Terlihat sosok perempuan
tua yang sudah mulai rapuh di halaman rumahnya. Wanita tua itu sebut
saja aminah. Ia tinggal bersama suami dan memiliki satu orang anak.
Mereka hidup di tepi pesisir pantai barat, dengan jarak sangat jauh dari
kota. Keluarga sederhana, rukun, adil dan damai. Suami aminah adalah
seorang nelayan. Ia pekerja keras, orang kampung itu sering memanggilnya
bang Abdul. Sebagai nelayan bang abdul tak mengenal lelah mencari
rezeki untuk keluarganya. Sebelum matahari terbit ia telah pergi dan
kembali ketika matahari masuk keperut bumi. Ditepi pantai aminah dengan
setia menunggu kedatangan sang suami tercinta.
Pagi itu suasana keluarga bang abdul terlihat bahagia dengan anak semata
wayang. Sebut saja namanya hasbi, dia anak yang rajin, taat, dan patuh
pada orang tuanya. Setiap pulang sekolah andi membantu sang ayah
mengumpulkan ikan dari hasil tangkapan. Dimalam hari hasbi mengaji di
surau yang tidak jauh dari rumahnya.Waktu bermain bagi hasbi sangat
sedikit, dibandingkan dengan teman-temannya yang lain. Hasbi memiliki
seorang sahabat yang ia panggil Coklat hitam (ainun). Hasbi menyisakan
waktu untuk belajar dan membantu orang tua. Sosok anak pantai yang
memiliki kegigihan yang tinggi, untuk mencapai cita-cita nya. Dibalik
kehidupan yang keras, bocah yang dulu kecil, kini tumbuh menjadi seorang
pemuda tampan. Walaupun sebagai seorang anak nelayan tak membuat Hasbi
patah semangat untuk melanjutkan pendidikan di bangku perguruan tinggi.
Tekad yang kuat dan semangat yang tinggi, mengantarkan hasbi ke dunia
kampus. Yang menjadi impian orangtuanya dari dulu agar anaknya menjadi
seorang “Sarjana”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar