Senin, 23 Mei 2016

Dari ufuk timur

Dari ufuk timur sang mentari mengintip terbit. Terlihat sosok perempuan tua yang sudah mulai rapuh di halaman rumahnya. Wanita tua itu sebut saja aminah. Ia tinggal bersama suami dan memiliki satu orang anak. Mereka hidup di tepi pesisir pantai barat, dengan jarak sangat jauh dari kota. Keluarga sederhana, rukun, adil dan damai. Suami aminah adalah seorang nelayan. Ia pekerja keras, orang kampung itu sering memanggilnya bang Abdul. Sebagai nelayan bang abdul tak mengenal lelah mencari rezeki untuk keluarganya. Sebelum matahari terbit ia telah pergi dan kembali ketika matahari masuk keperut bumi. Ditepi pantai aminah dengan setia menunggu kedatangan sang suami tercinta.
Pagi itu suasana keluarga bang abdul terlihat bahagia dengan anak semata wayang. Sebut saja namanya hasbi, dia anak yang rajin, taat, dan patuh pada orang tuanya. Setiap pulang sekolah andi membantu sang ayah mengumpulkan ikan dari hasil tangkapan. Dimalam hari hasbi mengaji di surau yang tidak jauh dari rumahnya.Waktu bermain bagi hasbi sangat sedikit, dibandingkan dengan teman-temannya yang lain. Hasbi memiliki seorang sahabat yang ia panggil Coklat hitam (ainun). Hasbi menyisakan waktu untuk belajar dan membantu orang tua. Sosok anak pantai yang memiliki kegigihan yang tinggi, untuk mencapai cita-cita nya. Dibalik kehidupan yang keras, bocah yang dulu kecil, kini tumbuh menjadi seorang pemuda tampan. Walaupun sebagai seorang anak nelayan tak membuat Hasbi patah semangat untuk melanjutkan pendidikan di bangku perguruan tinggi. Tekad yang kuat dan semangat yang tinggi, mengantarkan hasbi ke dunia kampus. Yang menjadi impian orangtuanya dari dulu agar anaknya menjadi seorang “Sarjana”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar